Hutan Bakau yang Mengitari Pulau Wokam ( Kepulauan Aru)

TRIBUNNEWS.COM, DOBO - Pohon bakau yang mengitari Pulau Wokam di Kabupaten Aru, Provinsi Maluku, nyaris punah. Hutan bakau berganti menjadi permukiman penduduk. Imbasnya, populasi ikan menyusut dan air laut dengan mudah masuk ke wilayah Kota Dobo, ibu kota Kabupaten Aru, di Pulau Wokam.

Di sejumlah wilayah, seperti Radiopata, Dok, dan Kampung Pisang di Kecamatan Pulau-pulau Aru, beberapa waktu lalu, banyak rumah panggung terlihat di areal yang sebelumnya ditanami pohon bakau.

Rumah-rumah itu berbatasan dengan laut sehingga saat air laut pasang malam hari, berada di atas air laut. Jarak dasar rumah dan air laut hanya terpisah sekitar 30 sentimeter.

Menurut Yuli Ngarbingan (30), warga Kampung Pisang, selain memotong bakau untuk kayu bakar dan bahan bangunan, warga juga mengambili batu karang sebagai bahan landasan rumah dan jalan di desa-desa.

”Setelah Kabupaten Aru berdiri sendiri, lepas dari Kabupaten Maluku Tengah lima tahun lalu, banyak warga dari pulau lain di Kabupaten Aru pindah ke Dobo dan membangun rumah di areal yang sebelumnya hutan bakau,” kata Ketua RT 17 RW 6 Kelurahan Galay Dubu, Kecamatan Pulau-pulau Aru, Erens Marpaung. Pilihan membangun rumah panggung di sana disebabkan harga tanah lebih murah daripada harga tanah di daratan. Harga tanah sebelum hutan bakau itu habis sekitar Rp 15.000 per meter persegi, sedangkan di daratan harganya dua kali lipat.

Di Sulawesi Utara, nelayan menolak kedatangan empat anggota DPRD Kota Manado yang meninjau lokasi proyek tambatan perahu di Kelurahan Karangria, Kecamatan Tuminting, Selasa siang. ”Silakan pulang, biar nelayan yang mengawasi proyek ini. Kami tak butuh bantuan saudara,” kata Hitler Yohanis, Sekretaris Himpunan Masyarakat Nelayan Karangria. (Kompas Cetak)

Editor: Prawira Maulana
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

0 komentar:

Posting Komentar